Tragedi di Mars

Tiga bulan yang lalu, sesosok mayat wanita di temukan tergeletak di Mars. Awalnya, para astronom mengira itu hanya batuan Mars yang wajar. Setelah diamati lebih lanjut, mereka menemukan bahwa itu adalah mayat wanita dengan gaun berwarna gold yang tipis dan panjang, menyatu dengan warna planet Mars yang mencapai fase sepenuhnya. Dengan rapat dadakan, pertimbangan bulat serta urusan birokrasi yang dipersingkat, mereka pun mengadakan operasi mendarat ke bulan.

Saat berhasil mendapatkannya, tim astronot terkejut. Wanita itu menyeringai kaku, lebar, dan sangat mengerikan. Kedua matanya melotot lebar, menampakkan iris mata yang tajam. Giginya seputih susu yang tertata rapi dibingkai bibir pucat pasi. Rambutnya yang dark brown panjang terurai ke berbagai arah melambai dengan sangat pelan seirama dengan gaun goldnya. 

Terlepas dari itu, hal yang paling membuat mereka heran adalah bahwa tubuh mayat itu, yang seharusnya sudah membeku, justru lemas dan tetap utuh di suhu yang dingin dapat menyebabkan orang membeku dan bencana badai debu.

Mereka pun mengangkut mayat tersebut dan menyimpannya di sebuah tabung khusus. Lalu, membawanya serta kembali ke bumi. Keanehan kembali ditemukan ketika tim bedah forensik yang di dampingi sejumlah peneliti berbagai bidang saat mulai menjalankan prosedur otopsi. 

Bobot wanita itu sangat berat, tetapi tak terikat gravitasi. Terlihat ketika mereka kseulitan mengeluarkannya dari tabung. Namun, setelah berhasil dikeluarkan, mayat itu malah melayang-layang seperti sedang berada di dalam air. Mereka segera mengangkatnya di meja otopsi.

Beberapa saat setelah dimulai pemeriksaan kulit dan rambut, sesuatu terjadi. Kedua bola matanya secara spontan meledak dalam asap coklat dan kuning yang pekat dan dengan cepat menyebar ke seluruh ruangan. Asap itu bahkan menembus baju hazmat yang di pakai peneliti, sehingga mereka terbatuk-batuk dan menghentikan prosedur beberapa saat.

Mereka menyalakan kipas ventilasi ekstra, tetapi tidam langsung melanjutkan otopsi. Ada pergantian tim bedah, karena tim bedah sebelumnya khawatir akan adanya efek paparan zat berbahaya. Mereka pun segera melakukan pemeriksaan medis, sementara tim pengganti memasuki ruang otopsi dengan tambahan pengaman. Seringai wanita itu tampak semakin mengerikan tanpa bola matanya. Dengan kewaspadaan penuh, mereka mulai membedah dan meneliti setiap jangkal mayat tersebut.

Beberapa hari berikutnya, hasil otopsi menunjukkan konklusi bahwa mayat itu benar-benar manusia. Setiap sel, jaringan dan organnta memang sama dengan milik manusia normal pada umumnya. Dari hasil perluruhan karbon-14 pun didapat bahwa umur mayat itu masih sekitar dua hingga tiga puluh tahun. Material gaun goldnya juga terbuat dari bahan sutra yang sama dengan yang diproduksi di bumi. Hasil pemeriksaan tim bedah yang terpapar juga tidak menunjukkan adanya patologi atau kondisi kelainan tertentu. Misteri mengapa wanita itu bebas dari gravitasi dan tetap utuh di luar angkasa masih belum terpecahkan.

Jangankan itu, asal-usulnya saja masih menjadi tanda tanya yang sangat besar. 

Segera setelah berita penemuan itu disiarkan ke berbagai media, Wanita dari Mars itu mendadak viral. Secara pesat, ia menjadi bahan pembicaraan nomor satu di setiap media massa. Ia juga menjadi topik diskusi hingga perdebatan alot para ilmuwan. Nasibnya kini terkurung tanpa busana di sebuah tabung transparan khusus dengan banyak jahitan di sekujur tubuh serta tulang tengkorak yang telah disambung kembali. Seringai yang masih sama, menakuti setiap penghuni laboratorium yang berpaling ke arahnya.

Belum hilang dari tiga besar topuk trend internasional, dunia kembali digemparkan oleh penemuan Wanita dari Mars kedua. Kubu pendukung eksistensi alien semakin mengibarkan bendera mereka. Kanqr tentangnya semakun berembus kencang diantara pecinta teori konspirasi.

Namun, sebelum Wanita dari Mars kedua diteliti, sesuatu terjadi.

Salah satu tim bedah forensik, yang juga meneliti wanita pertama tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Lalu diikuti anggota kedua, ketiga, hingga seluruhnya. Suasana ruang otopsi yang tenang dan hening seketika pecah menjadi ruangan yang sangat riuh. Tawa mereka terdengar dan menular, tapi jelas bukan tawa yang wajar.

Euforia masal terjadi.

Dalam beberapa jam, tawa mereka menyebar seperti wabah. Awalnya mereka yang ada di dalam institusi tersebut, lalu semakin menjalar hingga seluruh kota. Mereka terpicu begitu saja, seperti bersin yang menyerang tiba-tiba dan tak bisa ditahan. Mereka ingin menghentikannta, namun tak ada kuasa. 

Keesokan harinya, segalanya semakin buruk. Area tawa bahkan meluas secara ekspansif ke pulau-pulau seberang. Mereka tertawa histeris, semakin banyak yang tertawa terbahak-bahak hingga menangis. Siksaan berdatangan dan menumpuk akibat perut semakin mengeras, otot pipi dan mulut yang terasa menyengat, tenggorokan yang terbakar, hingga napas yang semakin sesak. Secara tak terkontrol, seluruh populasi meringkuk kaku di atas tanah sambil mati-matian menahan gelak tawa.

Mereka yang masih bisa bangkit segera menenggelamkan kepala ke dalam bak mandi, kloset, kolam, hingga di genangan air manapun yang kepala mereka bisa masuki. Sebagian yang lain justru membentur-benturkan kepala pada dinding maupun lantai. Sementara sebagian sisanya berpikir untuk melepaskan tawa sejadi-jadinnya sehingga nanti akan berhenti.

Namun hasilnya nihil, mereka yang menenggelamkan kepala di air mendapat siksaan terus-menerus. Mereka yang membenturkan kepala tak juga tak berhenti meskipun kepala penuh memar dan darah yang mengalir deras. Sementara mereka yang tertawa lepas mendapati otot sekujur tubuh dan wajah mereka tegang hingga kram berkepanjangan. Mereka meronta, memohon ampun hingga meminta mati.

Bahkan beberapa dari mereka mulai bertindak nekat. Mereka yang berpasangan ataupun berkelompok meminta satu sama lain untuk saling baku hantam. Beberapa dari mereka mencakar-cakar wajahnya sendiri hingga sobek tak berbentuk. Keadaan semakin parah ketika kebanyakan dari mereka mulai furstasi dan putus ada, hingga melakukan perusakan fasilitas umum secara besar-besaran.

Hari itu, tiga ratus empat puluh lima korban tewas terbunuh dan buhuh diri dengan berbagai cara.
Semuanya kalap. Bahkan sebelum pemerintah memberlakykan evakuasi darurat, seluruh warga yang berada dekat dengan area tawa berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka. Gelak tawa tetangga mereka masih terdengar dari kejauhan, dan mereka tidak mau menjadi salah satunyam Kepanikan masal dan kerusuhan pun terjadi. Pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, mereka takut tertawa.

Tindakan segera harus dilakukan. Dengan baju hazmat dan perlindungan berlapis-lapus, sejumlah pasukan terjun mengambil pasukan terjun untuk mengambil sampel. Prosedur perlindunfan yang sama juga dilakukan para peneliti di bidang medis yang menyelidiki patologi wabah tersebut dan hasilnya negatif.

Mereka menduga bahwa asap dari mara wanita tersebut menyebabkan semua kekacauan itu, namun mereka tak menemukan tanda-tanda apapun yang mendukung diagnosa tersebut. Tak ada virus, bakteri, atau apapun yang di temukan pada korban tewas.

Hanya ada satu solusi yang bisa dilakukan. Wanita kedua masih tersimpan di dalam tabung antariksa, kedua bola matanya masih utuh, dan ia berada di jantung area tawa.

Dan sekarang, hari ini sekelompok mayat wanita dengan gaun gold sedang meluncur memasuki orbit bumi. Sedikitnya lima ribu seringai kaku yang mencekam sedang berada di langit, memberi sapaan bagi mereka yang mengamati dari teropong. Mungkin seharusnya umat manusia tak perlu berurusan dengan mereka sejak awal. 

Mengapa tidak? Itulah yang ku inginkan! Pasukan bidadari cantikku sudah mengitari bumi, menunggu aba-aba dariku untuk terjun dan membuat seluruh dunia tertawa terpingkal-pingkal.